top of page

Apakah Perubahan Iklim Sudah Terjadi?

Diperbarui: 8 Des 2023


Menurut studi yang dimuat dalam jurnal Proceedings dari National Academy of Sciences, bumi akan mengalami peningkatan suhu yang lebih besar dalam waktu 50 tahun ke depan yang jauh lebih besar dari pada total peningkatan suhu selama 6.000 tahun terakhir. Hal ini merupakan hal baru dan mengkhawatirkan, karena berdasarkan catatan sejarah, ternyata manusia hidup di bumi dengan perubahan suhu yang tidak besar dan di daerah yang menghasilkan produksi pangan yang berlimpah.


Diangkat oleh Abrahm Lustgarten, finalis Pulitzer Price tahun 2016 dalam nytimes.com, di tahun 2070, zona yang sangat panas seperti di Sahara, yang sekarang mencakup kurang dari 1 persen dari permukaan bumi, diproyeksikan nantinya bisa meningkat menjadi 20% dan berpotensi menempatkan satu dari tiga manusia untuk hidup di luar iklim yang telah menjadi tempat hidupnya selama ribuan tahun.


Berdasarkan prediksi baru dari Pusat Prediksi Iklim Tahunan hingga Dekadal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) yang dilansir dari cnnindonesia.com, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa suhu global rata-rata tahunan dalam lima tahun mendatang, akan meningkat setidaknya 1 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri di masing-masing tahun pada 2020 hingga 2024. Dan ternyata, berdasarkan catatan BMKG, rata-rata suhu bumi tahun 2019 sudah lebih dari 1,0 derajat celcius di atas periode pra-industri.


Apa artinya peningkatan suhu bagi kita?


Salah satu dampak peningkatan suhu ini adalah perubahan pola hujan dan peningkatan cuaca ekstrem. Perubahan pola hujan itu secara umum ditandai oleh peningkatan hujan di daerah di utara garis khatulistiwa. Hujan yang banyak akan menyebabkan iklim di daerah-daerah tersebut cenderung menjadi semakin basah. Sebaliknya terjadi di daerah selatan khatulistiwa yang menjadi cenderung kering. Dari keterangan BMKG yang dimuat cnnindonesia.com tersebut, BMKG mencatat hujan dalam kategori ekstrem terus meningkat kejadiannya.


Contohnya adalah di Jakarta, dalam kurun waktu 130 tahun, dapat dilihat bahwa frekuensi hujan ekstrem meningkat walaupun rata-rata curah hujan tahunannya relatif sama, bahkan menurun. Lebih jauh lagi, terdapat peningkatan 14 persen dari intensitas intensitas hujan tertinggi di Jakarta (di atas 100 mm per hari) akibat penambahan suhu per 1 derajat celcius. Hal ini mungkin bisa dirasakan orang yang berdomisili di Jakarta atau beraktivitas di Jakarta. Sudah beberapa tahun belakangan ini hujan yang turun dengan deras walaupun hanya sebentar saja dapat menimbulkan genangan air di banyak tempat. Kemungkinan besar, hal ini juga dipengaruhi dengan kapasitas drainase yang kurang dapat mengakomodasi volume limpasan air hujan tertinggi yang sudah berubah seiring dengan peningkatan kejadian hujan ekstrem tadi.


Sedihnya lagi, tren cuaca ekstrem yang meningkat ini juga ditandai dengan peningkatan frekuensi dan skala bencana hidrometeorologi. Menurut data BNPB, dari data bencana yang terekam sepanjang dari tahun 2009 hingga 2019, telah terjadi lebih dari 23 ribu kejadian bencana. Dari angka tersebut, disebutkan bahwa 98,46% di antaranya adalah bencana hidrometeorologi, yaitu bencana yang terjadi karena kejadian meteorologi dan cuaca yang ekstrem, seperti banjir, longsor, dan puting beliung.


Bagaimana dengan daerah pesisir?


Selain bencana ini, sejumlah daerah di Indonesia terutama daerah pesisir sangat rentan terhadap perubahan iklim. Sekitar 100 kabupaten/kota berpotensi tenggelam. Bahkan menurut peneliti geodesi dan geomatika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas, seperti yang diangkat dari BBC News Indonesia, diberitakan bahwa sekitar 23 juta orang di pesisir Indonesia diperkirakan harus menghadapi ancaman banjir laut tahunan pada tahun 2050 akibat peningkatan ketinggian air laut yang disebabkan perubahan iklim abad ini.


Mengutip artikel tersebut, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dodo Gunawan mengungkapkan bahwa rata-rata daerah pesisir Indonesia adalah low land atau daerah dataran rendah. Hal ini menyebabkan daerah pesisir di Indonesia rentan dengan dampak dari kenaikan permukaan air laut. Contohnya adalah kota-kota besar di Jawa yang kebanyakan di daerah pesisir.


Apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah perubahan iklim ini?


Survey dari YouGov tahun lalu memperlihatkan bahwa hampir 70% orang Indonesia mengakui bahwa iklim sedang berubah dan aktivitas manusia-lah yang paling bertanggungjawab. Angka ini menempatkan Indonesia menjadi negara yang ‘paling sadar’ perubahan iklim bersama Thailand dengan angka hasil survey yang sama, dibandingkan 9 negara lain di Asia/Pasifik yang disurvey.


Sadar adalah langkah awal yang baik dan kesadaran tentang lingkungan ini perlu dilanjutkan dengan kemauan dan aksi yang jelas untuk mempertegas kontribusi kita untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Banyak yang bisa dilakukan, misalnya mengurangi jejak karbon dari aktivitas kita, hemat air, mengurangi sampah, dan menanam pohon serta mengajak orang lain melakukan hal ini secara konsisten di banyak kesempatan


Misalnya, share dan posting di sosial media, memberi contoh lewat tindakan di manapun kita berada, dan ikut meramaikan aksi-aksi peduli lingkungan di sekitar kita.


Kita masih butuh lebih banyak orang lagi untuk terlibat dan bumi tidak bisa hanya diselamatkan oleh sebagian orang saja. Yuk ah, mulai sekarang dan mulai dari diri sendiri, kita bersama-sama melakukan apa yang kita bisa untuk lingkungan yang lebih baik.


Untuk inspirasi kegiatan yang ramah lingkungan, ikuti terus tips-tips dari Cleanomic ya!


Sumber:

https://m.cnnindonesia.com/teknologi/20200715194610-199-525166/bmkg-sebut-lima-tahun-ke-depan-suhu-makin-panas https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51797336 https://www.bbc.com/indonesia/dunia-53441989.amp https://www.nytimes.com/interactive/2020/07/23/magazine/climate-migration.html Bnpb.go.id https://www.bbc.com/indonesia/media-52030307 YouGov – International Climate Change Survey Fieldwork: 11 June – 22 July 2019



Tulisan ini adalah hasil kontribusi salah satu volunteer kami, Anila Sari mahasiswi STEKPI Jakarta yang sedang berada di ke’struggle’an dalam hidupnya, memiliki Motto “Time’s limited, so enjoy every moment of it”, dan menikmati meme lucu adalah keahliannya. Follow Anila di akun instagramnya @anyyyyla.

146 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page