top of page

Sungai Sampah

Diperbarui: 11 Des 2023


Walau tahun telah berganti, namun masalah sampah nyatanya masih menjadi tantangan di negara ini. Pada awal tahun 2019, berita sungai sampah kembali mencuat karena berubahnya Kali Pisangan, Kabupaten Bekasi menjadi daratan sampah dengan panjang hingga 1,5 kilometer. Saking banyaknya sampah, air kali pun tidak lagi terlihat.


Seperti dilansir dari kompas.com, Setia Zainal Abidin, Kepala Desa Pahlawan Setia yang menjadi wilayah Kali Pisangan mengklaim, bahwa sampah yang ada bukan hanya berasal dari warganya yang tinggal dibantaran kali, namun juga berasal dari perbatasan Kota Bekasi. Kata Zainal, pembersihan kali butuh waktu lama, tidak cukup seminggu atau dua minggu, karena ketebalan sampah di dalam kali pun mencapai 50 sentimeter. Keterlambatan pembersihan kali juga disebabkan karena  kekurangan alat angkut.


Disisi lain, Kepala Bidang Kebersihan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi juga mengaku kekurangan truk sampah, sehingga pihaknya belum bisa menjangkau seluruh wilayah. Untuk itu beliau mengajak semua pihak termasuk masyarakat untuk tidak buang sampah sembarangan, terutama ke sungai.


Faktanya tidak hanya sampah, sungai sekarang sudah menjadi tempat pembuangan. Sebut saja Citarum yang berada di posisi lima sebagai sungai paling tercemar di dunia versi Help Save Nature tahun 2018. Menurut pantauan Blacksmith Institute, salah satu organisasi lingkungan dunia, kandungan yang terdapat di dalam Citarum antara lain besi konsentrat, aluminium hingga tembaga dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding negara industri lain di seluruh dunia. Belum lagi ditambah sampah yang bertebaran. Kondisi ini membuat lebih dari 500 ribu orang terkena dampak langsung dan lebih dari jutaan orang yang hidup di sepanjang sungai terkena dampak tidak langsungnya.


Memang kalau melihat hal tersebut tidak mengherankan karena berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2016, sekitar 5 dari 10 rumah tangga di Indonesia masih melakukan praktek buang sampah sembarangan baik di sungai, selokan, atau tempat lainnya. Hal ini juga ditunjukkan dengan konsisten melalui data dari berbagai kementerian yang dikompilasi di 99 kabupaten atau kota dari berbagai tipe seperti metropolitan, besar, dan sedang, bahwa dari 56 ribu ton sampah yang dihasilkan di kabupaten atau kota tersebut, sekitar 48% tidak tertangani atau tidak teridentifikasi dalam sistem pengelolaan sampahnya. Artinya sekitar 27 ribu ton sampah per hari yang potensial masuk ke dalam badan air kita. Ya tidak heran akhirnya ada sungai sampah.



Bagi para pelaku praktek buang sampah sembarangan, sungai, kali atau bahkan laut seringkali dilihat sebagai tempat yang potensial. Kenapa? Karena sampah akan mengalir terbawa arus, sehingga tidak menumpuk dan tidak pula meninggalkan jejak. Nyatanya semua anggapan itu salah, sampah yang dibuang bukan hanya bisa merusak ekosistem perairan, namun juga bisa menyebabkan bahaya lain seperti mencemari kualitas air dan menjadi penyebab banjir.


ANTARA FOTO/MOHAMAD HAMZAH


Kerugiannya tentu tidak hanya dirasakan oleh manusia semata, tapi juga dirasakan oleh mahluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan. Salah satunya, seperti yang dialami buaya sungai sepanjang empat meter yang terlilit ban bekas sepeda motor di salah satu sungai di Palu, Sulawesi Utara. Dikutip dari kantor berita Antara (30/12/2018), sudah hampir tiga tahun satwa dilindungi itu terjerat ban bekas sejak pertama kali terlihat pada tahun 2016 lalu. Sayangnya hingga kini buaya tersebut pun belum bisa diselamatkan dari jeratan ban tersebut. Dan kasus buaya ini bukan cerita satu-satunya yang terjadi di Indonesia, belum lama ada juga kisah Paus Sperma yang mati dan terdampar di Perairan Wakatobi, Sulawesi Utara dengan 5,9 kilogram sampah plastik di dalam perutnya.


Jadi, stop buang sampah sembarangan dan sayangi bumi kita ya! Buat kamu yang tertarik untuk belajar tentang hidup yang berkelanjutan, kamu bisa cek secara berkala pada website Cleanomic dan follow instagram kami di @cleanomic yaa!



Sumber


6 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page