top of page

Membangun anti food waste app pertama di Indonesia


Note from editor: Halo, ini Denia! Salah satu misi utama Cleanomic adalah berbagi cerita tentang perjuangan temen-temen yang mau berusaha untuk membangun bisnis yang #CuanLestari. Harapannya agar makin banyak nih bisnis yang berkepedulian lingkungan yang sebenernya banyak banget lho yang keren-kereen. Cerita #CuanLestari kali ini mengulas tentang @SurplusIndonesia, sebuah startup yang mengklaim membuat anti food waste app pertama di Indonesia.


Who are they?


Seusai lulus kuliah S1, Muh. Agung Saputra (Founder) cukup banyak terlibat dalam beberapa proyek yang berkaitan dengan ekologi lingkungan & AMDAL. Setelah beberapa waktu, Agung merasa bidang ekologi sangatlah luas cakupannya sehingga Agung melanjutkan pendidikan S2 di Imperial College London untuk mengenyam pendidikan di jurusan Teknologi Lingkungan, Departemen Kebijakan Lingkungan. Selama mengenyam pendidikan pascasarjana, minat Agung di bidang pertanian dan limbah pangan mulai muncul.

Salah satu alasan yang juga mendorong Agung untuk pulang dan berkontribusi bagi Indonesia adalah karena setiap kali mengambil mata kuliah ekonomi lingkungan, Indonesia sering sekali menjadi contoh studi kasus soal limbah pangan. Apalagi, di kelas tersebut Agung merupakan satu-satunya mahasiswa yang lahir dan tinggal di Indonesia. Agung mengakui ada rasa tidak nyaman ketika mendengar Indonesia di mata global terkenal dengan kondisi lingkungan yang buruk seperti penyumbang sampah plastik terbanyak kedua, penyumbang sampah makanan terbesar kedua, serta sungai terkotor keempat di dunia. Inilah yang kemudian memotivasi Agung untuk kembali ke Indonesia dan berpartisipasi dalam pencarian solusi.


Kenapa sih membangun #bisnislestari?


Setelah melakukan berbagai riset & pengolahan data, Agung menemukan bahwa permasalahan limbah pangan di Indonesia semakin besar. Berbagai upaya yang sudah dilakukan dinilai belum terlalu efektif. Padahal isu limbah pangan sama buruknya dengan isu sampah plastik. Persoalan ini kerap dialami oleh industri makanan dan minuman dengan besarnya jumlah food waste atau terbuangnya makanan yang berasal dari hotel, restoran, catering, supermarket, dsb. Data FAO tahun 2016 menyebutkan bahwa sekitar 13 juta ton makanan di Indonesia terbuang setiap tahunnya. Bahkan The Economist Intelligence Unit tahun 2016 juga menyatakan Indonesia merupakan negara pembuang sampah makanan terbesar kedua di dunia.


Di lain hal, ternyata banyak yang masih kelaparan dan kekurangan dalam hal memenuhi pangannya sehari-hari akibat pertambahan populasi yang cukup tinggi pertahunnya. Berdasarkan kedua fakta tersebut, Agung memulai Surplus Indonesia untuk mengisi celah yang terjadi untuk menghubungkan pelaku usaha yang mempunyai makanan berlebih untuk segera dijual dengan setengah harga agar tidak mubazir atau tersia-siakan dan dapat membantu kalangan pendapatan menengah ke bawah (low-middle income). Hal ini diharapkan dapat menjadi win-win solutions baik bagi pelaku usaha, customer & planet kita karena dapat mencegah potensi terjadinya food waste dari hulu (upstream)


Apa produk dan jasa yang kamu tawarkan?


Berangkat dari isu food waste, dikembangkan platform aplikasi Surplus oleh PT. Ekonomi Sirkular Indonesia (Surplus Indonesia). Layanan tersebut memungkinkan para pelaku usaha makanan dan minuman untuk dapat menjual produk makanan berlebih dan imperfect producenya yang masih aman dan layak untuk dikonsumsi di jam-jam tertentu sebelum tutup toko, dengan diskon setengah harga (closing-hour discounts/clearance sale).


Jumlah mitra Surplus saat ini berkisar 600 lebih yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Yogyakarta. Sementara itu untuk kategori mitra yang bisa bergabung dengan Surplus adalah yang umumnya berpotensi menghasilkan banyak produk makanan berlebih seperti bakery & pastry, cafe, restoran, hotel, supermarket, catering & pedagang buah & sayur.



Apa fitur #cuanlestari dari produk dan jasa yang kamu tawarkan?


Berbeda dengan platform lainnya, secara khusus aplikasi Surplus bukan hanya sebagai aplikasi food commerce yang menjual produk makanan secara online seperti beberapa aplikasi lainnya. Konsep yang digunakan oleh aplikasi Surplus yaitu hanya menjual produk makanan berlebih atau belum habis terjual dan imperfect produce kepada pelanggan, untuk mencegah potensi makanan tersebut tersia-siakan dan berakhir di TPA. Hal ini untuk mencegah food waste mencemari lingkungan bahkan menjadi penyebab pemanasan global dari gas metana yang dihasilkan.


Selain itu, aplikasi Surplus juga mendukung pengurangan kemasan sekali pakai dengan mendorong pelanggan untuk menggunakan kotak makan atau tas belanja sendiri ketika membeli di aplikasi Surplus dengan metode Ambil Sendiri ke toko. Pelanggan akan mendapatkan diskon 25% untuk setiap pemakaian kotak makan atau tas belanja dari rumah.

Apa misi dan harapan kamu ke depannya?


Tahun ini ada sejumlah target yang ingin dicapai oleh Surplus, di antaranya adalah dapat menjangkau 10.000 pengguna aktif dan menjangkau 1000 lebih mitra dan bergabung pada gerakan Zero Food Waste, sehingga dapat mengurangi laju dihasilkannya food waste dari industri makanan dan minuman sekitar 10-15% di area Jabodetabek, Bandung dan Yogyakarta di akhir tahun 2021. Untuk jangka panjangnya, kami berharap akan ada regulasi dari pemerintah yang mengatur secara terperinci tentang pelarangan food waste terutama dari bisnis makanan dan minuman karena sangat diperlukan peran dari seluruh stakeholder untuk dapat menuntaskan permasalahan ini dan mendukung Sustainable Development Goals.

Terima kasih @SurplusIndonesia yang sudah berbagi cerita, kalau kamu punya bisnis yang mau ikutan share your #CuanLestari stories bisa cek reels kami disini yah!







186 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page