My Less Waste Journey by Tressa
Diperbarui: 9 Des 2023
Wowww, ga berapa lama setelah kami posting ini, kami mulai menerima cerita-cerita dari teman-teman mengenai pengalaman kalian dalam mengurangi sampah, and they are such a great storiess!!! Terima kasih banyak yah yang sudah mengirim, semoga cerita-cerita ini akan semakin menginspirasikan temen-temen yang lain untuk memulai usaha mengurangi sampah di rumah masing-masing!
Untuk cerita pertama, aku mau share cerita dari Tressa.
Pertama kali, aku kenal adalah kampanye #dietkantonglastik dari salah satu program Greeneration
Indonesia pada tahun 2012. Dari situlah aku mengenal dosa ekologi. Dari situ pelan-pelan mengantikan kantong plastik dengan tas pakai berulang. Sampailah tiba waktunya saya berkeluarga. Selain udah bye-bye sama pertanyaan “kapan nikah?”, bye-bye sama kantong plastik dalam rumah.
Tapi, ditengah jalan, kebiasaan kami terlupakan.
Pada bulan Mei 2018, saya kembali memulai lagi. Mulai pakai tas lagi untuk belanja bulanan. Kemudian, dengan banyaknya informasi berseliweran, akhirnya saya mencoba mengurangi sampah lain.
Step by step doing swap
Minggu itu lagi banyak kiriman jeruk. Jeruk kunci dari mertua (jeruk yah, bukan juru kunci ;D) dan jeruk lemon. Aku peras airnya supaya siap pakai. Begitu sudah pakai,kulit jeruknya sangat banyak. Teringat DIY Dish Soap, akhirnya saya penasaran untuk mencoba membuat. Dan jadilah DIY cleaner pertama saya, yang jujur aja, sebelumnya berfikir DIY cleaner itu repot bangettt sihhh. Akhirnya dari situ malah berlanjut.
Saya penasaran untuk bikin body butter, pasta gigi, deodorant, swap tissue, regrow, homemade
remmedy, pilah sampah, Menstruasi Cup,, DIY detergent, selalu bawa reusable kit setiap pergi keluar
rumah dan another house cleaner sampai terswap semua. Tapi pada akhirnya, saya sesuaikan mana
yang cocok dan mana yang tidak untuk digunakan lebih lanjut. Soal lupa-lupa pasti ada
Semua itu berjalan perlahan-lahan, satu per satu, tanpa paksaan, tanpa hard feeling di saat mood dan
mau, juga masih bolak-balik sesuai kondisi tertentu. Semuanya atas dasar ingin mencoba. Ingin tau
bagaimana semuanya berjalan atau ingin tau reaksi penjual.. Sejauh ini baik-baik saja kecuali saat saya membeli eskrim premium yang ditolak menggunakan wadah sendiri.
Dalam prosesnya, saya juga mengajak anggota keluarga lain. Dan, tentunya lagi dengan pendekatan yang menyenangkan. Karena sebisa mungkin membuat semuanya seru tanpa harus menuntut kesempurnaan.
Contohnya:
“Mamii, kita nggak pakai plastik lagi kan? bawa kantong sendiri?” Ucap anakku saat di kasir minimarket.
“Kenapa sih nggak pake plastik, Kak?”
“Nanti ketelen ikan, terus ikannya nanti mati ”
Editorial note:
Membaca cerita dari Tressa ini pesan utama yang kami dapat adalah memulai usaha mengurangi sampah dapat dimulai dari hal-hal kecil, untuk kemudian berlanjut ke hal-hal yang lain. Tidak susah kan teman-teman? What do you think?
We surely can make this the new normal!
Comments