Cleanomic
Cerita mengompos di rumah di masa karantina
Sebagian kecil dari tugas akhir pas kuliah S1-ku adalah bikin kompos (Wow, that was a long long long time ago!). Sekarang, aku berkontribusi ke @cleanomic untuk bagian composting. Jadi buatku, (dan juga buat mbak CEO-nya @cleanomic), composting ini ya bagian dari walk-the-talk kami. Kenapa composting? Ya karena dengan mengkompos bagian organik dari sampah kami, kami mengurangi kira-kira setengah dari sampah rumah kami. Dengan demikian, beban si pak tukang sampah sedikit berkurang, beban TPA Bantar Gebang juga sedikit berkurang.
Kami udah hampir setahun mengompos di rumah. Tapi sejak 3 minggu KDR (kerja dari rumah) atau WFH ini, kegiatan kompos-mengompos ini jadi lebih sering kulakukan, karena 3 minggu ini memang di rumah aja, dan masak terus. Karena masak terus, jadinya banyak bahan masakan yang terkumpul dan makin banyak bahan yang mesti dikompos.
Kegiatan kompos-mengompos ini buatku terdiri dari:
Potong-potong bahan masakan yang mau dibuang supaya jadi lebih kecil
Memasukkan bahan masakan yang udah terkumpul di ember kecil ke pot besar tempat home-composting kami di halaman
Aduk-aduk bahan kompos.
Jadi emang kami punya ember stainless-steel 2,5an liter di deket wastafel dapur. Jadi saat masak, ada bahan masakan yang mau dibuang, disimpen di ember itu dulu. Sekitar seminggu ember itu biasanya penuh, dan tiap weekend biasanya isi ember itu kami masukin ke pot komposter kami di halaman. Nah sejak KDR ini, si ember itu penuhnya lebih cepat, kira-kira 5 harian sudah penuh
A bit sharing my observation of home composting: Jadi, si foto di sini adalah kompos kami yang umurnya sekitar 2 minggu. Apakah semua bahan organiknya sudah terurai? Gak semua. Ada 4 jenis material yang bisa dibedakan di sini (contohnya aselik dari sampah masakan/makanan kami!):
Bahan organik yang lunak, cepat membusuk. Jenis ini sih udah gak keliatan ya, jadi mestinya udah terurai. Contohnya: kulit papaya, kulit apel, kulit wortel, ujungnya kacang panjang atau buncis, sawi, batang paprika, sisa nasi.
Bahan lunak.. tapi bohong! Jenis bahan ini yang suka menipu, bisa terurai tapi lama. Jadi setelah 2 minggu, bahan-bahan ini ya masih utuh aja gitu. Misalnya: kulit bawang putih, kulit bawang bombay, sereh, kulit alpukat, kulit edamame.
Bahan-bahan yang keras, tapi ternyata setelah 2 minggu bisa diancurin (dengan upaya yang bervariasi). Biji alpukat bisa dipecah-pecah, lebih gampang daripada waktu masih fresh. Tulang ayam dan batang jagung, agak susah, tapi bisa kalau mau hehe. Cangkang telur bisa diancurin, tapi mendingan di awal aja diancurinnya. Makin halus makin oke.
Supposedly and intuitively compostable, tapi masih intact alias utuh setelah dua minggu. Ini yang paling bikin aku males. Contohnya: kantong teh celup, karton, dan tisu.
View this post on Instagram
A post shared by Aldy Mard (@aldymard) on Apr 3, 2020 at 11:32pm PDT