top of page

Mau Foraging di Indonesia? Yuk, Baca Panduan Ini Dulu!

Diperbarui: 6 Des 2023


Sumber: booking.com


Beberapa tahun belakangan, foraging semakin mendapatkan popularitas. Sebenarnya kegiatan ini telah menjadi bagian hidup generasi terdahulu lho. Untuk kenal lebih jauh, di artikel ini kami akan membahas cara foraging di alam liar. Artikel ini juga merangkum beberapa tanaman liar yang layak makan, namun belum dikonsumsi oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.


Apa itu Foraging?


Foraging atau dalam bahasa Indonesia disebut 'Meramban' adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan apa saja misalnya sayuran, buah, maupun jamur, yang dapat dimakan. Biasanya orang melakukannya dengan cara menelusuri hutan atau kebun.

Meramban membantu meningkatkan kepekaan terhadap alam sekitar. Selain itu, kegiatan ini juga memberi kita kesempatan untuk belajar banyak dari masyarakat lokal mengenai ketahanan pangan.


Foraging di Indonesia Masa Kolonial Belanda

Sumber: abebooks.com


Sebetulnya foraging di Indonesia bukan hal yang asing bagi nenek moyang kita, sih. Pun, di zaman kolonial Belanda, orang kita kerap mengonsumsi sayuran hasil mereka meramban.


J. J. Ochse menyatakan terdapat sekitar 765 macam sayuran dan jamur layak konsumsi dalam bukunya yang berjudul Indische Groenten. Walaupun buku tersebut menyebut kata Hindia Belanda, sebagian besar isinya membahas sayuran di Pulau Madura dan Jawa.


Berdasarkan buku Indische Groenten, ada 2 cara orang Indonesia mengonsumsi sayuran yaitu dengan dimasak dulu atau bersama nasi maupun sambal. Sayuran yang dimakan langsung biasanya berupa daun-daun muda. Lalapan banget ya ini.


Buku tersebut juga menerangkan makanan orang-orang Belanda, Eropa, dan keturunan Indonesia-Eropa. Mereka mengonsumsi sayuran impor seperti wortel, peterseli, buah bit, kol, dan sawi bunga.


Sementara itu, orang-orang bumiputra memakan sayuran dari kebun, danau, hutan, kolam, pekarangan rumah, dan sawah. Bahkan beberapa kurang layak dikonsumsi seperti karet munding (Ficus elastica), jampang carulang (Eleusine indica), dan buah loa (Ficus racemosa).


Mengapa Manusia Hanya Mengonsumsi Sedikit Tanaman Layak Makan?


Kalau meramban sudah dilakukan sejak dulu, kenapa manusia hanya memakan sedikit dari total makanan yang layak dikonsumsi ya?

Dari sekitar 400.000 tanaman di bumi, paling tidak terdapat 300.000 spesies tumbuhan yang bisa dimakan (edible). Namun, pemenuhan protein dan kalori harian manusia sebagian besar masih bergantung pada beras, jagung, dan gandum.


Kandungan gizi dan rasa ternyata bukan menjadi alasan manusia memakan sedikit dari tumbuhan layak makan. Menurut pakar sains dan geografi Jared Diamond, penyebab terbatasnya menu harian kita justru terletak pada tanaman itu sendiri.

Pendapat Jared Diamond juga didukung banyak pakar biologi lainnya. Mereka mengungkapkan bahwa banyak sekali tanaman berbunga yang bergantung pada spesies serangga penyerbuk tertentu. Singkatnya, tumbuhan-tumbuhan tersebut memiliki mekanisme polinasi yang rumit. Sementara kebanyakan hasil panen dapat dipolinasi oleh beragam jenis serangga. Tanaman-tanaman seperti beras, gandum, rapa, dan jagung mudah dibudidayakan di berbagai tempat dengan bantuan angin.

Meskipun demikian, kemungkinan manusia bisa mengonsumsi jenis tumbuhan yang lebih bervariasi tetap ada. Namun, itu artinya kita harus mampu mengatasi mekanisme penyerbukan tanaman yang kompleks tersebut.


5 Tanaman Liar yang Bisa Dimakan di Indonesia


Sistem penyerbukan yang rumit menyebabkan banyak tanaman jadi sulit dibudidayakan. Masyarakat pun akhirnya beralih ke sayuran yang ada di pasaran. Walaupun begitu, kamu juga tetap bisa mengonsumsi tumbuhan-tumbuhan liar layak makan di sekitarmu.


Sesuai catatan J. J. Ochse, Indonesia memang kaya akan jenis tanaman yang layak dimakan. Berikut adalah 5 tumbuhan liar edible dengan potensi besar dan dapat dikonsumsi secara tradisional:


1. Bribil (Gallinsoga parviflora)


Tumbuhan asal Amerika Selatan ini sering dianggap gulma. Padahal, bagian batang muda, pucuk bunga, dan daunnya bisa dimakan baik dalam keadaan mentah maupun sudah dimasak. Cukup rebus sebentar lalu sajikan dengan bumbu pecel.


Bribil memiliki sejumlah nama lain seperti galangsi, balakecut, kuningan, dan galinggang. Tanaman ini juga mengandung protein, zat besi, serat, magnesium, dan kalsium.


2. Sintrong (Crassocephalum crepidioides)


Daun sintrong atau jonggolan mempunyai cita rasa segar dan unik. Kamu dapat membuat tumis ala rumahan yang menggoda selera dengan tanaman tersebut. Cara lain menikmatinya adalah memasaknya menjadi urap.

Selain nikmat, daun sintrong memiliki kandungan polifenol dan flavonoid yang fungsinya untuk mencegah berbagai penyakit. Tanaman ini juga membantu melancarkan pencernaan karena berserat tinggi.


3. Pegagan (Centella asiatica)

Sumber: dermeva.com


Pegagan dikenal dengan beberapa nama di antaranya yaitu antanan, ganggangan, kos-tekosan, dan cipulabawo. Tanaman ini kaya akan garam mineral seperti zat besi, kalsium, magnesium, kalium, dan natrium.

Daun pegagan umumnya dimakan mentah sebagai lalapan. Sayuran lokal ini juga dapat dikukus terlebih dahulu. Mengonsumsi pegagan membantu memperkuat daya ingat lho.


4. Alur (Suaeda maritima)


Sayuran pesisir ini biasanya tumbuh liar di daerah garis pasang tinggi. Saat ini, susah sekali menemukannya di pasar tradisional. Sayang banget, karena alur mengandung vitamin A dan E yang tinggi.


Alur memiliki rasa asin dan segar. Teksturnya sendiri berair dan renyah. Daun mudanya cocok dimakan mentah sebagai urap. Kamu pun bisa memasaknya menjadi botok.


5. Daun Mangkokan (Polyscias scutellaria)


Tanaman tropis ini sering dijumpai tumbuh liar di dekat sungai, ladang, pinggiran sawah dan jalan. Terkadang daun mangkokan ada di pekarangan rumah.


Dipandang sebagai tanaman liar, hanya sedikit orang yang tahu apabila daun mangkokan bisa dimakan. Selain itu, tumbuhan ini mengandung vitamin A, zat besi, fosfor, dan kalsium. Daun mangkokan dapat dibuat gulai atau keripik lho.


Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Foraging


Meskipun kelima tanaman di atas aman dikonsumsi, jangan sekali-kali memakan tumbuhan yang tidak bisa kamu identifikasi. Perlu diingat bahwa ada tanaman-tanaman beracun yang mirip dengan tumbuhan edible. Setelah kamu yakin 100% tanaman tersebut layak dimakan, sebaiknya kamu mencobanya sedikit dulu. Hindari mengonsumsinya langsung dalam porsi banyak.


Sebaiknya kita gak meramban di jalan dan tempat-tempat umum, seperti taman kota ya. Juga di tanah milik perorangan, karena kita wajib meminta izin sang pemilik terlebih dahulu. Perhatikan juga, ketika meramban di jalan umum atau tempat umum, pastikan lokasi tersebut bukan tempat anjing biasa buang air kecil. Hewan tersebut sering menandai area kekuasaannya dengan cara mengencinginya.



Jalan yang ramai bukan tempat yang pas untuk kegiatan foraging di Indonesia. Tanaman-tanaman di pinggir jalan besar biasanya terkontaminasi dengan aneka polutan sehingga berbahaya jika dikonsumsi.


Apabila kamu sudah berada di wilayah yang forager-friendly, pastikan kamu mengambil tanaman secukupnya agar bisa dimanfaatkan oleh hewan dan orang-orang lainnya. Sama aturannya dengan all you can eat buffet ya, ambil secukupnya, dan habiskan yang kita ambil, supaya gak mubazir dan jadi food waste!


Jangan lupa juga cuci bersih hasil meramban kita, supaya kita tidak mengkonsumsi kotoran yang mungkin menempel di daun-daun tersebut, apalagi bila kita meramban di daerah perkotaan, atau permukiman.


Foraging di Indonesia merupakan kegiatan seru sekaligus mengedukasi. Sebelum melakukannya, pastikan kamu benar-benar membaca cukup bacaan mengenai foraging. Selamat meramban!



Referensi:




934 tampilan1 komentar

1 kommentar


eko budi utomo
eko budi utomo
11 juni 2021

Foraging...menarik juga menikmati aneka sayuran, buah dan jamur dengan meramban. jadi pengin bikin urap dari berbagai sayuran setelah membaca ini dengan menelusuri sawah, kebun tegalan dan sungai 😋

Gilla
bottom of page