top of page
  • Gambar penulisCleanomic

Cara mudah membuat kompos dari sampah organik

Tahukah kamu kalau 60% sampah orang Indonesia itu terdiri dari sampah organik?  Dan tumpukan sampah organik ini salah satu penyumbang gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) ke atmosfir yang kemudian menyebabkan efek rumah kaca dan perubahan iklim.  Kalau mayoritas orang Indonesia bisa belajar untuk mengompos di rumah masing-masing, kebayang kan manfaat dan kontribusi yang kita bisa lakukan untuk mengatasi permasalahan sampah dan pemanasan global ini??!


Membuat kompos dari sampah organik di rumah itu banyak manfaatnya lho! Kompos yang dihasilkan bisa digunakan untuk keperluan berkebun di rumah. Dengan memisahkan sampah organik dari sampah lainnya, kamu meningkatkan peluang sampah anorganik yang bisa di daur ulang untuk dapat diambil dan dikelola oleh pihak pengelola sampah atau para pemulung. Dan pastinya, dengan mengompos sampah organik kamu, kamu sudah mengurangi setidaknya setengah dari sampah kamu yang akan dibuang di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

Plus, mengompos itu mudah banget! Pada dasarnya semua bahan makanan dan tumbuh-tumbuhan, mulai dari yang lunak seperti sisa nasi, sayur, kulit buah, dan daging hingga keras seperti tulang dan cangkang telur, serta daun-daun kering semuanya bisa dibuat kompos.

Ada beberapa cara yang bisa kalian pilih untuk membuat kompos yaitu, metode Aerob atau Anaerob (dari keperluan udaranya), vermikompos dengan menggunakan cacing dan membuat lubang biopori.  Untuk pembahasan kali ini, kami akan fokus ke metode aerob yah, sisanya akan kami bahas secara terpisah.

Keuntungan menggunakan metode aerob, alias metode dengan sirkulasi udara, adalah prosesnya tidak berbau.  Tapi dengan metode ini, kamu harus rajin mengaduk kompos secara berkala, sekitar dalam 4-7 hari untuk pastikan ada udara yang cukup untuk proses pengomposannya.

Caranya

  1. Cari wadah untuk komposter, bisa gunakan ember besar, pot, tempat bekas cat yang berukuran 20 liter, atau gunakan paket komposter ini.

  2. Beri lubang-lubang diseluruh badan wadah dengan menggunakan paku besar, termasuk di dasar ember dan tutupnya. Jarak antar lubang sekitar 10 cm. Untuk lubang di dasar ember, bisa ditutup (tidak rapat) dengan batu, supaya cairan bisa mengalir keluar.

  3. Tempatkan ember di tanah, supaya cairan langsung meresap ke tanah. Sebaiknya tutup wadah (tidak rapat) supaya tidak ada binatang besar (tikus, kucing, anjing, dll) yang masuk ke tumpukan sampah dan terlindungi dari air hujan agar sampah tidak basah.

  4. Setelah wadah siap, masukkan batu-batu besar yang dilanjutkan dengan lapisan tanah sebagai dasar. Kemudian, lapisi tanah dengan sekam bakar diatasnya.

  5. Masukkan semua sampah organik yang ada, termasuk daun-daun kering. Perpaduan antara sisa makanan dan bahan-bahan itulah yang menjadi kunci optimalnya kualitas kompos.

  6. Lapisi dengan sekam bakar, lalu aduk. Seberapa banyak? Sekam bakar disini berguna supaya “adonan” kompos tidak terlalu basah. Setelah diaduk, lapisi lagi dengan sekam bakar.

  7. Untuk memudahkan proses masuknya udara ke dalam ember, kalian bisa menambahkan pipa paralon kecil (ukuran 2 cm) yang di sepanjang sisinya dibolong-bolongi dan dipasang melintang dari dalam sampai keluar sisi ember.  Step ini opsional yah!

  8. Lalu tutup embernya.

  9. Ketika ada sampah organik lagi, langsung masukkan saja, dan  ulangi step ke-6. Sekam bakar ini penting, karena selain bisa menghilangkan bau, sekam bakar berguna untuk proses pengomposan.

  10. Bahan komposnya lalu diaduk setiap 4 hari sekali ya.. (kalau sibuk, seminggu sekali juga gak masalah dehh 😉 .

That’s it!!!  

Kompos yang sudah jadi akan berbentuk tanah gembur berwarna hitam yang tidak berbau.  Cara panennya, kamu bisa ayak terlebih dahulu untuk memisahkan bagian-bagian yang sepenuhnya terurai.  Tapi kami sih biasanya langsung gunakan aja sebagai campuran media tanaman untuk keperluan berkebun.

TIPS

  1. Taruh wadah di dapur atau di kulkas untuk mengumpulkan sampah organik setiap kali memasak supaya tidak lupa untuk memisahkan sampah ini.

  2. Cacah sampah organik menjadi kecil-kecil untuk mempercepat proses pembusukkan. Ukurannya? Kira-kira sekitar satu ruas jari. Semakin keras bahannya, semakin kecil cacahan bahan itu. Jadi misalnya cangkang telur, karena keras, harus diremukkan.

  3. Bagaimana dengan tulang dan biji-bijian? Ya karena mereka keras, harus diremukkan. Kalau tidak, prosesnya lama dan bisa mengundang tikus atau binatang lain mengambil tulang-tulang itu. Karena tujuan kita adalah simple composting, kami sarankan, untuk biji-bijian yang super keras seperti biji salak, dan tulang yang susah diremukkan, sebaiknya dibuang saja. Tapi tetap dipisahkan dengan sampah-sampah yang bisa didaur ulang ya.

  4. Untuk pengomposan di rumah, kami sarankan supaya kertas, karton, dan tissue tidak termasuk bahan yang dikomposkan ya, karena bahan-bahan itu memerlukan waktu yang lebih lama lagi untuk terurai. Untuk kertas dan karton, sebaiknya dipisahkan saja, dijaga supaya tetap kering supaya bisa diambil tukang loak atau pemulung.

  5. Selain mengompos, sebaiknya ditambah juga dengan belajar melakukan meal prep dan belajar masak dengan menggunakan scrap food (bisa lihat resep ini, ini dan ini) agar upaya meminimalisir sampah makan lebih maksimal!

Mudahkan caranya, jadi tunggu apalagi? Segera manfaatkan sampah organik dirumah kalian. Selamat mencoba!

14 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page