Cleanomic
Memanen Air Hujan
Diperbarui: 5 Mar 2021

Saat ini sepertinya sudah masuk musim penghujan di Indonesia. Setidaknya di wilayah Jakarta, hujan turun hampir setiap hari beberapa minggu belakangan ini. Kalau gak hujan, biasanya mendung gitu. Nah hujan ini sebenarnya kan air ya, gratis datang dari langit. Air hujan ini termasuk dari sekitar 1% air tawar yang dapat langsung diakses oleh seluruh umat manusia; 2% air di bumi ada di gunung es, dan sisanya yang 97% itu adalah air asin. Jadi emang sedikit banget dan mesti disayang-sayang.
Kamu bisa lho memasang penampungan air hujan dalam rangka memanfaatkan air hujan, dan mengurangi pemakaian air tanah untuk keperluan sekunder dan tersier, seperti siram tanaman, cuci-cuci peralatan luar rumah, siram jalanan depan rumah (ini sering banget kami lihat di banyak tempat), bersihkan car port, dll.
Susah gak sih?
Susah kalau gak pakai tukang sih, karena kami gak ngerti cara pasang talang air dan dudukan toren air. Tapi selain itu, mudah kok. Ini beberapa langkah dari kami:
Perhatikan atap rumah kita dan pinggirannya. Bisa kah dipasang talang yang saling menyambung di satu titik? Kalau bisa, bagus, tangkapan air hujan rumah bisa maksimal. Tapi kalau tidak, cari bagian atap kita yang palng luas, dan usahakan pasang talang air di pinggiran ujung atap dengan luasan yang paling luas itu.
Cari lokasi untuk tempatkan toren yang akan menampung air hujan dari atap rumah. Idealnya sih dekat dengan si titik tempat kumpulnya pipa talang air dari atap (bila pipa talang air dari berbagai sisi atap) atau di salah satu ujung pipa (bila pipa talang air hanya dari salah satu sisi atap). Dengan dekat titik ini, kebutuhan pipa penyaluran dari pinggiran atap ke toren air akan minimum. Artinya, bisa menekan biaya beli paralon.
Peletakan toren air. Bila air hujan hasil tampungan ingin dipakai untuk jarak yang jauh dari toren, sebaiknya dasar toren minimal 1,5 meter dari atas tanah, supaya tekanan air di ujung selang masih bagus. Kalau keperluan air cukup untuk di sekitar toren saja, dasar toren cukup 0,5 meter saja dari atas tanah. Pondasi tempat toren seperti apa? Ini sih bebas ya. Yang penting cukup kuat untuk menahan toren dan airnya.
Berapa volume toren?
Sebetulnya ada hitung-hitungannya untuk menentukan volume yang tepat. Tapi sangat bergantung pada luasan atap (bidang yang menyalurkan air hujan ke talang air dan ke toren), jenis atap (berpengaruh pada koefisien limpasan air hujan), dan curah hujan di daerah tempat tinggal kita. Tapii, jangan pusing dulu ya, sebenarnya cukup perkirakan kebutuhan air untuk aktivitas sekunder dan tersier kita itu aja. Misal dengan curah hujan 100 mm/hari, luasan atap 100 m2, dan atap genteng biasa (koefisien 0.9), maka air hujan yang bisa dipanen adalah 9000 liter per hari, atau sekitar 375 liter per jam. Apa mau pasang toren 400 liter? Atau cukup yang lebih kecil? Itu semua pilihan aja, sekali lagi, lebih baik tergantung dari berapa keperluan yang akan butuh air hujan.
Perlu diolah gak sih?
Tergantung pemakaian ya. Kalau untuk keperluan sekunder dan tersier, sebetulnya gak usah. Kalau untuk cuci baju atau cuci piring, sebaiknya diolah sedikit, supaya tidak mempengaruhi kualitas bahan pakaian dan alat rumah tangga.
Pemanenan air hujan ini merupakan salah satu upaya kita untuk mengkonservasi air. Upaya ini bisa digabung dengan lubang bio pori, bidang resapan, dan sumur resapan. Semua ini supaya air hujan dari langit bisa ditahan sebanyak dan selama mungkin di area rumah kita dan tidak dilepas langsung jadi air limpasan di got atau saluran drainase.
Kalian bisa lihati video tutorialnya disini yah: