Menggaungkan Bank Sampah Lebih Keras di Momentum Hari Peduli Sampah Nasional 2023
Bulan Februari adalah bulan kita memperingati lagi Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Hari ini yang diperingati tiap tahunnya karena berasal dari peristiwa yang cukup memilukan 18 tahun yang lalu. Hanya karena gunungan sampah yang meledak, dua perkampungan warga di sekitaran TPA Leuwigajah, yaitu Kampung Cilimus dan Pojok hilang tertimbun longsoran, hingga mengakibatkan lebih dari 100 orang meninggal dunia.
Sampai sekarang, permasalahan sampah yang menumpuk masih jadi masalah yang tidak ada habisnya. Namun, bedanya sekarang berbagai pihak sudah punya kesadaran dan mau bergotong-royong menguranginya. Nah, di tahun ini, sesuai dengan tema peringatan HPSN, yaitu “Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan Masyarakat”, ini betul-betul harus jadi praktik nyata yang dampaknya bisa dirasakan secara langsung oleh pelaku. Jujur aja deh, sesuai pengalaman Minomic, pertanyaan "Emang kalo saya nggak nyampah, apa yang bakalan saya dapet?" ini bakalan jadi yang pertama didengar.
Ngomongin dampak langsung ini menarik banget nih. Ini juga yang bikin Minomic bikin hashtaeg #CuanLestari. Dampak langsung yang paling dibutuhin oleh kita semua kan uang alias cuan yah, jadi memang udah waktunya masyarakat bisa dapet keuntungan finansial dari praktik pengelolaan sampah, salah satunya lewat bank sampah. Kebetulan Minomic berkesempatan untuk meliput aktivitas tiga bank sampah di Jakarta bersama tim Wahana Visi Indonesia dan Divers Clean Action yang merupakan bagian dari Program PHINLA. Apa sih PHINLA itu? PHINLA adalah program dukungan pemerintah Jerman di tiga negara (Filipina, Indonesia, dan Sri Lanka). Tujuannya untuk memberdayakan masyarakat miskin melalui pengelolaan sampah bernilai ekonomi. Yuk simak ceritanya lebih lanjut!
Bank Sampah Suka Senang, Jakarta Utara
(Galvin sedang menimbang sampah milik nasabah)
Bank Sampah Suka Senang ini menarik, karena inisiatornya adalah seorang ibu dengan anak yang berkebutuhan khusus. Sekarang bu Sadiyah dan Galvin, anaknya ini bersemangat banget menimbang dan menerima warga yang mau menyetor sampah. Dulu sebelum ada aktivitas bank sampah, area rumah bu Sadiyah sangat kotor. Karena memang berlokasi di permukiman padat dan dekat sungai, sampah pun berserakan di mana-mana. Setelah ia mendirikan bank sampah, masalah ini terasa berkurang karena ada kurang lebih 171 nasabah sudah aktif memilah dan menyetor sampah. Namun, mencari warga yang mau berkomitmen menyetor sampah inilah yang dirasa cukup sulit.
Setahun belakangan terjadi peningkatan cukup signifikan untuk jumlah sampah yang dikelola Bank Sampah Suka Senang. Awalnya 72 kg di bulan Agustus 2021, menjadi 805 kg di November 2022. Penimbangan sampah dilakukan secara rutin. Per dua minggu sekali, sampah dijual ke pelapak. Penukaran uang tunai hasil penjualan dilakukan setahun sekali. Menurut Bu Sadiyah, uang hasil penjualan sampah cukup untuk membiayai kebutuhan keluarganya sehari-hari. Warga pun sangat senang karena dapet #cuanlestari dan sembako (sesekali) dari hasil menjual sampah. Rata-rata warga berhasil ngumpulin 100 ribu per tahun, tapi bahkan ada pula yang berhasil ngumpulin 500 ribu loh!
(Setiap hasil penyetoran sampah direkap di buku tabungan kayak gini nih..)
Bank Sampah JGC (Jalak Green Collection), Jakarta Timur
(Ini dia ibu-ibu pembina Bank Sampah JGC)
Bank Sampah JGC ini udah konsisten mempraktikkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 77 tahun 2020 tentang pengelolaan sampah lingkup RW. Penjemputan dan pengangkatan sampah terjadwal untuk sampah organik, residu, dan B3 serta kerja sama dengan pihak swasta untuk menjalankan pengelolaan sampah yang bernilai ekonomis udah dilakukan. Seneng banget deh Minomic, ada bank sampah yang nerima semua jenis sampah, termasuk minyak jelantah juga.
Tiap-tiap sampah diperlakukan dengan berbeda, asalkan nggak berakhir di TPA. Sampah organik dijadiin kompos, sampah minyak jelantah disetor untuk dibuat biodiesel dan uangnya disedekahkan untuk mereka yang membutuhkan. Lalu, sampah sasetan yang nggak punya nilai ekonomi ini didaur ulang menjadi kerajinan tangan yang bisa dipake oleh masyarakat. Sampah tembaga adalah yang paling mahal, bisa mencapai 75 ribu per kg-nya. Di Januari 2023, udah ada 342 rumah dan total 489 nasabah yang menyetor sampah.
Sama kayak bank sampah Suka Senang, pencairan uang tunai dilakukan setahun sekali, tapi jika nasabah sedang membutuhkan uang, tentu bisa diambil saat itu juga. Meskipun rata-rata nasabah berhasil mengumpulkan #cuanlestari sebesar 400 ribu-1 juta per tahunnya, ada juga yang berhasil 1.760,3 kg sampah atau setara Rp5.125.000,- di tahun lalu. Wow!
(Seneng banget liat nasabah yang menyetor sampah tetep antusias. Walaupun hujan-hujanan, tetep rame...)
Bank Sampah Cucakrowo, Jakarta Timur
(Kegiatan pertemuan membahas ASKA)
Lain lagi cerita di Bank Sampah Cucakrowo. Selain menjalankan rutinitas bank sampahnya, pengurus bank sampah Cucakrowo juga menjalankan kegiatan Asosiasi Simpan Pinjam untuk Kesejahteraan Anak (ASKA). ASKA sendiri adalah bentuk kelompok simpan pinjam yang dikembangkan oleh Wahana Visi Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, utamanya anak-anak. Tujuan awal dari ASKA ini sebetulnya mencegah masyarakat meminjam uang melalui pinjol (pinjaman online). Nasabah yang ingin ikut serta di kegiatan ASKA haruslah orang yang sebelumnya sudah menjadi nasabah bank sampah juga. Otomatis, kegiatan ASKA ini mendorong warga sekitar untuk memilah sampah dan menyetornya ke bank sampah.
Melalui ASKA, masyarakat dilatih untuk menabung secara individual. Tabungan ini berbentuk saham (1 saham senilai 25 ribu Rupiah) yang hanya bisa dipakai oleh nasabah yang bersangkutan, tidak boleh dijual ke nasabah lain. Di program ASKA, uang yang dipinjamkan sebetulnya adalah uang nasabah yang bersangkutan, tapi harus dikembalikan dalam waktu 6 kali pertemuan supaya terbangun kedisiplinan dalam menabung. Bedanya kalau menabung di rumah, sering kali uang yang ditabung segera dipakai untuk kebutuhan rumah tangga, dan tidak dikembalikan ke tabungan sehingga banyak yang merasa gagal menabung. Dana ASKA dipergunakan untuk membeli kebutuhan rumah tangga, pendidikan anak, ataupun dana sosial untuk pengobatan atau membantu mereka yang terkena musibah. ASKA ini cukup diminati oleh warga. Terbukti dengan kenaikan jumlah rata-rata tabungan per anggotanya, dari total Rp932.000,- pada Mei 2022 menjadi Rp3.711.000,- pada November 2022.
(Buku yang digunakan untuk merekap tabungan milik masing-masing nasabah)
Banyak banget nih ternyata keuntungan finansial yang bisa langsung dirasakan dari pengelolaan sampah yang tepat. Semoga ke depannya, makin banyak #CuanLestari yang bisa didapet dari aktivitas bank sampah seperti ini. Terima kasih untuk tim Divers Clean Action dan Wahana Visi Indonesia udah mengajak Minomic lebih tahu tentang hal-hal baik kayak gini. Cheers!
Comments